Jumat, 18 Mei 2012
Tiga Faktor Jatuhnya Sukhoi
TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan memfokuskan penyelidikan jatuhnya Sukhoi Superjet 100 RA-36801 pada ada-tidaknya izin untuk menurunkan ketinggian pesawat dari 10 ribu kaki ke 6.000 kaki.
"Mestinya, kalau sudah menurunkan ketinggian, sudah dapat izin dari Air Traffic Center (ATC)," kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi, Kamis, 10 Mei 2012. Menurut dia, percakapan itu tidak hanya ditangkap ATC Soekarno-Hatta, tapi juga ATC Halim Perdanakusuma.
Ada sedikitnya tiga kemungkinan penyebab jatuhnya Sukhoi itu. Selain faktor ATC, Ketua Asosiasi Pilot Garuda Stephanus Gerardus mengatakan tidak tertutup kemungkinan pilot sengaja melakukan demonstrasi manuver. "Ini penerbangan promosi," ujarnya. "Banyak misteri yang harus dibongkar soal izin menurunkan ketinggian."
Beberapa pilot menduga, faktor lain yang bisa menjadi penyebab kecelakaan adalah cuaca di Gunung Salak. Namun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, cuaca di Bogor dan Gunung Salak pada Rabu, 9 Mei 2012, aman untuk penerbangan.
Kronologi jatuhnya Sukhoi Superjet 100:
1. Lepas Landas, 14.12 WIB
Pesawat melakukan joy flight kedua dengan rute sekitar Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
2. Cuaca Buruk & Ruang Hampa
Saat di atas Gunung Salak, pesawat diduga masuk ke ruang hampa sehingga meminta izin turun.
3. Meminta Turun, 14.33 WIB (21 menit kemudian)
Pilot Sukhoi menghubungi menara pengendali (Air Traffic Control atau ATC) di Bandara Soekarno-Hatta, meminta izin turun. Pesawat kemudian hilang kontak di koordinat 06.43 menit 08 detik Lintang Selatan dan 106.43 menit 15 detik Bujur Timur.
4. Menabrak Lereng
Pesawat menabrak lereng di ketinggian 5.800 kaki (1.767 meter) dengan kemiringan 85 derajat. KNKT menyebut insiden ini seperti Controlled Flight Into Terrain, pesawat laik terbang, tidak rusak, serta di bawah kendali pilotnya, tanpa sengaja menabrak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar