Gue gak menyangka diawal pertemuan mata kuliah Dasar-Dasar Penulisan satu kelas
ditantang untuk menulis tentang Ihsan. Hanya ada satu kata yang terlintas saat
itu yaitu bingung. Gak ada imajinasi yang lewat di pikiran gue dan terus
memaksakan gue untuk berpikir keras. Meskipun sebenarnya ini adalah tantangan yang
seharusnya mudah buat gue jelaskan. Gue mau nulis apa tentang Ihsan? Reaksi
itu pun muncul ditandai dengan mengigit pulpen yang lagi gue pegang serta
tangan yang ingin segera menulis. Di depan mata sudah tersedia selembar kertas
binder, namun gue gak tau apa yang ingin ditulis. Beberapa menit kemudian
akhirnya gue selesai menulis. Dengan rasa percaya diri gue hanya menghasilkan
dua paragraf dan itu pun seadanya.
*Tulisan gue tentang Ihsan
Gue ingat betul pertama kali yang dosen bilang setelah semua tulisan dibaca olehnya yaitu "Ini tulisan hampir sama semua, diawali dengan Ihsan adalah..", dan jujur aja tulisan gue pun begitu adanya, sungguh memalukan buat gue. Tulisan gue yang mendadak itu sama sekali gak punya nilai jual dan sama sekali gak berbobot. Ketika itu gue tengok kanan kiri ternyata teman-teman gue hampir semuanya pada lancar. Tapi ternyata ketika dosen memberikan komentar, semua nasibnya hampir sama kayak gue. Ya namanya juga belajar. Gue bingung kalau disuruh nulis tentang cowok. Mungkin jika dosen memberikan tantangan menulis tentang seorang wanita, gue akan lebih mahir dan lancar, just kidding.
Sedikit bernostalgia, awalnya gue berkenalan dengan Ihsan pada saat Kamaba (Kegiatan Awal Mahasiswa Baru) dimulai yaitu sesaat sebelum latihan paduan suara di Balairung UI. Kalau sekarang ditanya, siapa Ihsan? Maka gue akan menjawab dengan lantang bahwa dia adalah orang yang bisa membuat teman-temannya tertawa dengan menonjolkan sisi ciri khasnya. Salah satu ciri khasnya yaitu dari segi berekspresi, dia terlihat santai dan seperti gak ada beban sama sekali. Pengamatan gue ini terbukti setiap ada tugas yang dikasih oleh dosen dia terlihat santai dan tenang. Sebuah manajemen wajah yang baik menurut gue, jadi pantas kalau dia masuk kelas public relations. Style dia pun terbilang rapi karena dia sering sekali terlihat memakai kemeja. Sesuai dengan penampilannya, dia mempunyai ekspektasi yang besar di kelas ini karena bila lulus dia ingin menjadi seorang Humas di sebuah perusahaan, namun beberapa waktu lalu dia pernah bilang ke gue bahwa dia ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus dari sini. Entah mana yang akan jadi keputusannya, gue sebagai temannya sangat mendukung dia apabila segala pilihannya yang terbaik untuknya.
*Tulisan gue tentang Ihsan
Gue ingat betul pertama kali yang dosen bilang setelah semua tulisan dibaca olehnya yaitu "Ini tulisan hampir sama semua, diawali dengan Ihsan adalah..", dan jujur aja tulisan gue pun begitu adanya, sungguh memalukan buat gue. Tulisan gue yang mendadak itu sama sekali gak punya nilai jual dan sama sekali gak berbobot. Ketika itu gue tengok kanan kiri ternyata teman-teman gue hampir semuanya pada lancar. Tapi ternyata ketika dosen memberikan komentar, semua nasibnya hampir sama kayak gue. Ya namanya juga belajar. Gue bingung kalau disuruh nulis tentang cowok. Mungkin jika dosen memberikan tantangan menulis tentang seorang wanita, gue akan lebih mahir dan lancar, just kidding.
Sedikit bernostalgia, awalnya gue berkenalan dengan Ihsan pada saat Kamaba (Kegiatan Awal Mahasiswa Baru) dimulai yaitu sesaat sebelum latihan paduan suara di Balairung UI. Kalau sekarang ditanya, siapa Ihsan? Maka gue akan menjawab dengan lantang bahwa dia adalah orang yang bisa membuat teman-temannya tertawa dengan menonjolkan sisi ciri khasnya. Salah satu ciri khasnya yaitu dari segi berekspresi, dia terlihat santai dan seperti gak ada beban sama sekali. Pengamatan gue ini terbukti setiap ada tugas yang dikasih oleh dosen dia terlihat santai dan tenang. Sebuah manajemen wajah yang baik menurut gue, jadi pantas kalau dia masuk kelas public relations. Style dia pun terbilang rapi karena dia sering sekali terlihat memakai kemeja. Sesuai dengan penampilannya, dia mempunyai ekspektasi yang besar di kelas ini karena bila lulus dia ingin menjadi seorang Humas di sebuah perusahaan, namun beberapa waktu lalu dia pernah bilang ke gue bahwa dia ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus dari sini. Entah mana yang akan jadi keputusannya, gue sebagai temannya sangat mendukung dia apabila segala pilihannya yang terbaik untuknya.
*The Six Boys
Selain rapi
dan memiliki wajah yang gak biasa, dia pun memiliki keunikan. Contohnya beri saja dia kacamata hitam,
jas hitam, dan sepatu hitam. Lalu menantang dia untuk gangnam style, gue yakin seluruh teman-temannya akan tertawa
secara bersamaan.
*Satu kelas bilang ada kemiripan antara Ihsan dan Psy
Teman gue yang berasal dari Bogor ini orangnya mudah
berteman dengan siapapun dan senang membantu serta mempunyai daya tarik
tersendiri sehingga banyak disegani oleh teman-temannya. Nggak heran bila
banyak teman-temannya yang sering ikut berkumpul bersamanya di kantin sambil
makan ataupun merokok. Seperti kebanyakan orang pada umumnya, Ihsan itu tipe
orang yang let it flow. Segala
sesuatunya dibiarkan mengalir begitu saja karena setiap gue tanya ke dia
tentang tugas dari dosen sudah selesai atau belum, dia sering menjawab “Udah
tenang aja, jangan buru-buru, santai aja broo”. Meskipun begitu, dia bukanlah
orang yang mempunyai sifat malas. Justru sifat bertanggung jawabnya yang dia kedepankan
dan dia buktikan kepada kami semua. Jadi gak salah bila dia pernah menjabat
sebagai ketua kelas. Dibalik sifatnya yang santai, tenang dan let it flow ,Ihsan termasuk orang yang
tepat waktu. Dia satu-satunya lelaki di kelas yang sama kayak gue disetiap
harinya pulang pergi ke kampus untuk berkuliah menggunakan sepeda motor. Kalau
diperhatikan dia jarang sekali datang telat, beda banget sama gue. Bagi dia jarak antara rumah dan
tempat kuliah bukanlah halangan dan alasan untuk datang telat. Gue mengambil
benang merah dari hal ini bahwa dia bukan hanya menjalani perkuliahan dengan
jarak yang jauh tapi juga dalam hubungan asmaranya harus dia dilalui dengan “Long Distance Relations”.
*Foto diambil di Cinema Room UI
Ihsan salah
satu cerminan mahasiswa yang berjuang untuk berkuliah serta gak bisa jauh
dari ibu dan bapaknya, sama kayak gue sih sebenarnya. Meskipun begitu, gue gak pernah melihat dia gak masuk kelas. Dia selalu masuk kelas, mungkin dia memiliki kekebalan tubuh yang
gak gampang sakit walaupun dia saat ini sebagai perokok aktif dan harus pulang
pergi untuk kuliah setiap hari. Ada satu lagi ciri khas dari Ihsan, gue ingat
betul waktu itu ada sebuah moment berfoto-foto
di kelas, lalu ada kamera yang stand by
untuk menggambil sebuah gambar. Dengan cepat dia langsung ambil alih tempat terdepan
dari teman-temannya. Meskipun gue tahu gaya Ihsan berfoto, namun gak bisa gue jelaskan seperti apa gayanya karena gayanya sedikit konyol, yang jelas gaya
tersebut hanya dimiliki dia seorang.
*ciri khas Ihsan
Dari kasat mata yang gue lihat, Ihsan
mempunyai seorang soulmate yaitu Bimo
karena mereka sering terlihat bersama. Selain itu Ihsan orang yang bisa diajak teamwork dan percaya diri dalam menentukan pilihan. Dibalik kepercayaan dirinya
ada satu hal yang pernah gue dengar dari teman yang lain bahwa dia gak bisa
diajak naik mobil dengan kecepatan yang tinggi atau bisa dibilang ketakutan.
Kocak Indra, gue juga tuh, waktu itu, bener-bener cuma gue doang yang paling dikit isinya. :D
BalasHapusIni gue, DInda Pur....
BalasHapusTulisan lo bagus, blog lu juga lumayan :D
Kok lo bisa ya mengembangkan kata-kata lo ke dalam sebuah tulisan dengan baik....
coba deh, Pur.... explore kata-kata lo dengan bahasa verbal yang langsung....
Secara gak langsung, bahasa lo itu bagus banget, coba kalau lo aplikasikan juga saat lo bertutur kata, pasti bagus....
semangaat Ipuuurrr :D